Empat Perkara Buruk yang Menjadi Lebih Buruk
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، إِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena hanya dengan takwalah kita akan meraih kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Dalam sebuah untaian hikmah yang patut kita renungkan, sebagian ulama mengatakan bahwa ada empat perkara yang pada dasarnya sudah buruk, namun ia akan menjadi jauh lebih buruk jika dilakukan oleh golongan tertentu. Perkara-perkara ini adalah cerminan bagi kita semua, agar kita lebih waspada terhadap kedudukan dan keadaan diri kita di hadapan Allah.
Mari kita perhatikan empat hal tersebut:
Pertama, dosa yang dilakukan oleh anak muda itu jelek, tetapi dosa yang dilakukan oleh orang tua jauh lebih jelek.
Seorang pemuda yang terjerumus dalam maksiat adalah sebuah keburukan. Namun, jauh lebih buruk jika maksiat itu dilakukan oleh seseorang yang sudah lanjut usia. Mengapa? Karena orang yang sudah tua semestinya sudah lebih banyak makan asam garam kehidupan, lebih dekat dengan ajalnya, dan seharusnya lebih sibuk mempersiapkan bekal untuk akhirat, bukan justru menumpuk dosa di sisa umurnya.
Kedua, sibuk dengan urusan dunia bagi orang bodoh itu jelek, tetapi lebih jelek lagi jika dilakukan oleh orang alim (berilmu).
Seseorang yang tidak memiliki ilmu agama lalu menghabiskan seluruh waktunya untuk mengejar dunia adalah hal yang tercela. Namun, jauh lebih tercela jika seorang alim, seorang yang paham agama, justru ikut larut dalam gemerlap dunia hingga melalaikan akhiratnya. Ilmunya seharusnya menjadi cahaya yang mengingatkannya tentang hakikat dunia yang fana, bukan malah menjadi alat untuk menumpuk harta.
Ketiga, malas beribadah bagi semua orang itu jelek, tetapi lebih jelek lagi bagi kalangan ulama dan para penuntut ilmu (santri).
Rasa malas dalam ketaatan bisa menimpa siapa saja, dan itu adalah sebuah keburukan. Namun, akan menjadi sangat buruk jika rasa malas itu hinggap pada para ulama dan santri. Mereka adalah panutan umat. Jika para panutan sudah malas beribadah, bagaimana lagi dengan orang awam yang meneladani mereka?
Dan yang keempat, sombong bagi orang kaya itu jelek, tetapi sombong yang dilakukan oleh orang fakir jauh lebih jelek.
Kesombongan adalah sifat yang dibenci Allah, siapapun pelakunya. Sombong bagi orang kaya adalah keburukan besar. Namun, jauh lebih buruk dan mengherankan jika kesombongan itu datang dari seorang yang fakir dan tidak memiliki apa-apa. Apa yang ia sombongkan di hadapan Allah dan manusia, padahal ia tidak memiliki harta, pangkat, atau kedudukan? Ini menunjukkan penyakit hati yang sudah sangat parah.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Dua dari empat perkara di atas, yaitu dosa di usia senja dan kesombongan dalam kefakiran, bahkan mendapat ancaman khusus dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadits shahih, beliau bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ
Artinya: “Ada tiga golongan (manusia) yang Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat, tidak menyucikan mereka, dan tidak akan melihat (dengan pandangan rahmat) kepada mereka, dan bagi mereka azab yang pedih: (1) orang tua yang berzina, (2) seorang raja yang pendusta, dan (3) seorang fakir yang sombong.” (HR. Muslim)
Hadits ini menjadi peringatan keras bagi kita semua. Mari kita bermuhasabah. Apakah usia kita, ilmu kita, status kita, atau keadaan ekonomi kita, justru membuat kita jatuh ke dalam perkara-perkara yang lebih buruk di mata Allah?
Semoga Allah melindungi kita semua dari sifat-sifat tercela tersebut dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa sadar diri dan bertaubat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Posting Komentar untuk "Empat Perkara Buruk yang Menjadi Lebih Buruk"